![]() |
Kantor Baitul Mal Kab, Nagan Raya |
Awal Pengalaman Magang
Pada awalnya, magang di Baitul Mal Kabupaten Nagan Raya memberikan banyak kesempatan untuk belajar tentang pengelolaan dana sosial, terutama dalam membantu masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan saya selama di sana meliputi penginputan data program bantuan dana pendidikan, pendaftaran penerima bantuan modal usaha, dan koordinasi dengan masyarakat penerima bantuan. Semua aktivitas tersebut memberikan gambaran nyata tentang bagaimana sektor publik bekerja dan bagaimana pentingnya kepekaan sosial dalam menjalankan tugas sehari-hari.
Namun, pengalaman ini tidak semulus yang saya harapkan. Saya sering menghadapi kesulitan dalam memahami proses administrasi yang rumit dan harus beradaptasi dengan lingkungan kerja yang sangat berbeda dari yang saya kenal. Tidak jarang saya merasa kebingungan dan canggung ketika harus berbicara langsung dengan masyarakat atau ketika menghadapi kesalahan teknis dalam input data.
Tantangan Saat Sidang Magang
Namun, tantangan terbesar datang ketika saya harus menjalani sidang magang di akhir program. Sidang ini melibatkan dua dosen penguji, satu dari kampus dan satu dari pihak Baitul Mal. Saya merasa cukup gugup karena merasa kurang siap dalam menjawab pertanyaan yang diajukan, terutama oleh dosen penguji yang terasa lebih kritis dan seolah-olah memandang rendah kemampuan saya. Salah satu dosen, seorang ibu dosen, tidak ragu untuk menanyakan tentang absensi dan mengungkapkan kekhawatiran bahwa saya jarang hadir selama magang. Ini disampaikan seolah-olah beliau memiliki mata-mata di tempat magang, padahal kenyataannya beliau tidak mengetahui secara langsung aktivitas saya di lapangan.
Saya merasa sangat disudutkan dan bahkan merasa tidak dihargai ketika dituduh jarang masuk tanpa ada bukti yang jelas. Hal ini membuat saya merasa sangat down dan bingung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan baik. Saya merasa harus berjuang keras untuk mempertahankan posisi saya dan membuktikan bahwa saya benar-benar bekerja dan mengambil pengalaman dari setiap kesempatan magang yang ada.
Refleksi Setelah Magang
Setelah sidang tersebut, saya merasa sangat kecewa dengan cara penilaian yang tidak adil dari salah satu penguji. Namun, pengalaman ini justru membuka mata saya tentang pentingnya persiapan yang matang sebelum menghadapi ujian akhir atau sidang. Magang bukan hanya sekedar menjalankan tugas administratif, tetapi juga belajar untuk berbicara tentang pengalaman kerja secara jelas dan mendalam di hadapan penguji yang tidak hanya mengukur pengetahuan teknis, tetapi juga kemampuan untuk berkomunikasi dan menghadapi tekanan.
Saya belajar bahwa meskipun pengalaman magang tidak selalu berjalan mulus, setiap kesulitan yang dihadapi adalah peluang untuk belajar lebih banyak tentang diri sendiri dan tentang cara bekerja dalam situasi yang menantang. Pengalaman ini mengajarkan saya untuk lebih percaya diri, berani dalam menghadapi ketidaksempurnaan, dan untuk tetap fokus pada pembelajaran daripada pada penilaian negatif dari orang lain.
0 Komentar